2019 jadi cASN
hay halllohaaa!! akhirnya kesampaian juga bikin post seperti ini. setelah resmi pengumuman, baru deh berani ngeshare ini.
CPNS.
untuk orang yang baru pertama kali ngikutin tes ini, jujur aja sih ada banyak dilema yang dirasain. dari awal, udah bimbang mau milih lokasi di mana. sebagai orang yang gak suka dengan kehidupan ibukota Jakarta, jujur aja yang pertama terlintas di benakku adalah keluar dari Jakarta. disaat orang berlomba-lomba buat bisa kerja di Jakarta, aku lebih memilih untuk keluar dari kota ini.
jadilah ngobrol sama orangtua, "Dian ambil di luar Jakarta, ya? boleh?". dan jujur aja sih, orangtua saat itu agak berat untuk mengizinkan. tapi dengan rayuan maut, akhirnya mereka mengiyakan tapi dengan catatan, pilihlah tempat yang ada saudaranya, dengan alasan, "kalau terjadi apa-apa, ada yang bisa dihubungi gitu".
pencarian lokasi pun dimulai dan dapatlah beberapa tempat. mulai dari Jayapura, Balikpapan, Bengkulu (karena ada Lieyen), Bandung, Palembang, Jambi, Pekanbaru, dan Sumut. cuma sayangnya, beberapa kota itu harus dicoret karena 1 dan lain hal. salah satu kota yang kemungkinan akan kupilih saat itu adalah Jambi, karena jumlah saudara yang paling banyak adanya di Jambi. di kota ada, di perbatasan juga ada.
kemudian ceritalah sama Lieyen sampai akhirnya dia bilang, "ngapain sih ke Bengkulu? aku aja gak ngelamar di sana. udah ikut aku aja sini. kita merantau ke Batam. jangan di Sumatera deh, kehidupannya 'kurang aman', takutnya kamu gak kuat". namanya juga Dian kan ya, gampang banget terpengaruh. jadilah mulai menimbang-nimbang buat ikut Lieyen. Batam lagi kan, kalau udah mulai bosen, bisa melipir sebentar ke Singapur (iya, belom apa-apa udah mikirin buat bisa jalan-jalan. heheheh, maapkeun). mulai bilang sama Mama, tapi ya gitu... lagi dan lagi Mama masih berat untuk mengiyakan buat pergi jauh dari dirinya, apalagi di Batam, sama sekali gak ada saudara.
dan Dian kembali bingung menetukan lokasi mana yang akan dipilih. sampai akhirnya ketemu Riki pas nikahan Baday. sepanjang perjalanan kita mulai ngobrol agak serius (yaampun, jarang-jarang obrolan kami bisa berbobot gitu, biasa isinya sampah).
"ambil apa, Ki? fix guru?"
"gak tahu, gue bingung"
"terus lokasinya mau ambil dimana?"
"gue juga bingung. ini tuh gambling tahu gak sih"
"iya. gue mau ambil Jakarta tapi kok kayaknya agak pesimis ya. pasti peminatnya banyak deh, Ki. secara daerah Ibukota kan, siapa yang gak mau kerja di Jakarta. tapi mau ambil daerah juga bingung mau ambil dimana".
"nah ini. gimana kalau orang-orang pada punya pemikiran kayak lo? gimana kalau ternyata Jakarta malah sepi karena orang akhirnya memilih buat ngelamar di daerah? makanya gue tuh rajin ngecekin jumlah pelamar di tempat yang mau gue incer".
lagi dan lagi, aku bingung mau pilih ngelamar dimana. disaat yang lain udah riweuh dengan pendaftaran, aku masih santai aja. disaat orang lain pada sibuk ngelist sekolahan (biar gak ada saingannya), aku malah menghindar. bahkan aku sama sekali gak ada bertanya ke teman-teman yang satu prodi denganku. beberapa orang sudah menawarkan untuk masuk ke grup CPNS dan aku selalu bilang, "nggak deh, makasih. nanti aja masuknya kalau udah tinggal tahap terakhir itupun kalau lolos". bukan apa-apa, karena menurutku grup itu bukannya bikin tenang malah bikin riweuh, apalagi pas awal-awal pasti akan banyak yang bertanya, "melamar dimana?" pft.
sampai akhirnya H-4 sebelum penutupan pendaftaran CPNS, aku bilang ke keluarga di rumah, "oke. Dian ikutan tes TOEFL dulu ya, Ma. kalau skor TOEFLku sampai di 400, oke aku pilih di Jakarta. tapi kalau seandainya skorku di bawah 400, berarti aku boleh pilih di daerah mana pun ya, Ma? dan janji, jangan pernah suruh Dian untuk mengulang tes TOEFL lagi. aku cuma mau tes sekali aja. deal ya, Ma?". dan Mamaku setuju. selesai aku ngomong gitu, sejam kemudian aku meluncur ke tempat les bahasa asing untuk tes TOEFL. tanpa persiapan apapun dan aku cuma bilang dalam hati, "ya Tuhan, kehendak-Mu jadilah. aku gak berambisi untuk melamar di Jakarta, tapi kalau memang kehendak-Mu disini yaudah, terjadilah".
belum selesai urusan TOEFL, aku dihadapkan kembali dengan masalah forlapdikti. jadi, salah satu syarat DKI (sebelum revisi), setiap peserta harus melampirkan bukti screenshot bahwa nama kita terdaftar di forlapdikti. namaku memang terdaftar, tapi jenis kelaminnya itu yang bermasalah. yakali kedaftarnya laki-laki? sebenarnya, sekitar seminggu lalu, data itu udah kuurus di fakultas. tapi sayangnya, kampusku tercinta ini sama sekali gak kooperatif. udahlah dilempar sana-sini, disuruh nunggu dari pagi hingga sore ; sampai aku ngetik ini, data jenis kelamin di forlapdikti-ku belum juga berubah. yakali, cantik nan imut begini ditulisnya lakik sih? (oke maapkeun, ahahaha). haduh, entahlah. ku kehabisan kata-kata untuk ini.
keesokannya, aku balik ke ILP (tes TOEFL di ILP bisa langsung diambil besoknya) buat ambil hasil tes dan ternyata.... wow, skorku jauh dari dugaan. lebih dari yang dibutuhkan oleh persyaratan DKI. sampai di rumah, Mama udah menunggu dengan was-was, secara beliau takut kalau skorku dibawah 400. Puji Tuhan ya, baru dapet kabar skor melebihi persyaratan aja, Mama udah bahagia bener, "jadi ya berarti ambil di Jakarta?" dan kujawab, "belum tentu, Ma. jenis kelaminku aja masih salah di forlapdikti". tapi tahu apa yang terjadi? 2 jam kemudian, aku dihubungi seorang teman, "Di, lihat nih. persyaratan DKI yang baru. gak ada forlapdiktinya. aman deh lu!". dan betul aja, pas dicek di websitenya, oh iya forlapdiktinya udah gak ada. huwow. entahlah, Tuhan semacam ngasih jalan ya, eh ralat atau Tuhan semacam mengabulkan keinginan Mama biar aku ngelamarnya di Jakarta aja gak jauh-jauh dari dia lagi.
H-3 penutupan pendaftaran, selesai aku ambil tes TOEFL, barulah aku melihat SMA apa aja yang membuka lowongan untuk guru kimia. H-3 dan pelamar di tiap sekolah udah banyak banget. mulai ngegoogling sekolahnya satu persatu. yang jadi alat pemilihan saat itu adalah aplikasi Gojek. semua sekolah aku list, kemudian aku cari mana sekolah yang ongkos gojeknya paling murah dari rumah. dan terpilihlah salah satu sekolah di Lubang Buaya. ya maklum ya, aku kan gak bisa ngendarain motor, jadi mau gak mau ya harus ngegojek. dan sebelum jam 12 malam, aku sudah resmi melamar di SMA 1*3 yang mana sampai aku ngetik ini pun, aku gak tahu lokasi sekolahnya dimana, bentukan sekolahnya kayak apa, dan lain-lain, dan sebagainya.
sampai hari tes pun tiba. yaudah lah ya, gak usah diceritain lagi kayak gimana. intinya, Puji Tuhan banget aku lolos passing grade alias statusku saat itu P1/L dan yak... Tuhan beneran kasih jalan. hingga tes terakhir, Tuhan masih ngasih status P1/L.
Puji Tuhan ya, semuanya beneran di luar dugaan. gak pernah terbayangkan sama sekali. satu pencapaian hidup udah tercapai. terlebih, puji Tuhan banget, aku bisa lolos bersama orang-orang terkasih. hihihihi. wes, semangat pemberkasan! abis itu istirahat dulu, baru lanjut fighting untuk masa depan lebih cerah. eheheh.
dan inilah ceritaku di awal tahun 2019 ini. Puji Tuhan (mudah-mudahan) jadi punya NIP dan pastinya...... jodohku makin dekat nih (biar gak capek ditanya, mana dan kapan). ahey ahey. wkwkwkw.
Adios!
Dian Chrisniar
CPNS.
untuk orang yang baru pertama kali ngikutin tes ini, jujur aja sih ada banyak dilema yang dirasain. dari awal, udah bimbang mau milih lokasi di mana. sebagai orang yang gak suka dengan kehidupan ibukota Jakarta, jujur aja yang pertama terlintas di benakku adalah keluar dari Jakarta. disaat orang berlomba-lomba buat bisa kerja di Jakarta, aku lebih memilih untuk keluar dari kota ini.
jadilah ngobrol sama orangtua, "Dian ambil di luar Jakarta, ya? boleh?". dan jujur aja sih, orangtua saat itu agak berat untuk mengizinkan. tapi dengan rayuan maut, akhirnya mereka mengiyakan tapi dengan catatan, pilihlah tempat yang ada saudaranya, dengan alasan, "kalau terjadi apa-apa, ada yang bisa dihubungi gitu".
pencarian lokasi pun dimulai dan dapatlah beberapa tempat. mulai dari Jayapura, Balikpapan, Bengkulu (karena ada Lieyen), Bandung, Palembang, Jambi, Pekanbaru, dan Sumut. cuma sayangnya, beberapa kota itu harus dicoret karena 1 dan lain hal. salah satu kota yang kemungkinan akan kupilih saat itu adalah Jambi, karena jumlah saudara yang paling banyak adanya di Jambi. di kota ada, di perbatasan juga ada.
kemudian ceritalah sama Lieyen sampai akhirnya dia bilang, "ngapain sih ke Bengkulu? aku aja gak ngelamar di sana. udah ikut aku aja sini. kita merantau ke Batam. jangan di Sumatera deh, kehidupannya 'kurang aman', takutnya kamu gak kuat". namanya juga Dian kan ya, gampang banget terpengaruh. jadilah mulai menimbang-nimbang buat ikut Lieyen. Batam lagi kan, kalau udah mulai bosen, bisa melipir sebentar ke Singapur (iya, belom apa-apa udah mikirin buat bisa jalan-jalan. heheheh, maapkeun). mulai bilang sama Mama, tapi ya gitu... lagi dan lagi Mama masih berat untuk mengiyakan buat pergi jauh dari dirinya, apalagi di Batam, sama sekali gak ada saudara.
dan Dian kembali bingung menetukan lokasi mana yang akan dipilih. sampai akhirnya ketemu Riki pas nikahan Baday. sepanjang perjalanan kita mulai ngobrol agak serius (yaampun, jarang-jarang obrolan kami bisa berbobot gitu, biasa isinya sampah).
"ambil apa, Ki? fix guru?"
"gak tahu, gue bingung"
"terus lokasinya mau ambil dimana?"
"gue juga bingung. ini tuh gambling tahu gak sih"
"iya. gue mau ambil Jakarta tapi kok kayaknya agak pesimis ya. pasti peminatnya banyak deh, Ki. secara daerah Ibukota kan, siapa yang gak mau kerja di Jakarta. tapi mau ambil daerah juga bingung mau ambil dimana".
"nah ini. gimana kalau orang-orang pada punya pemikiran kayak lo? gimana kalau ternyata Jakarta malah sepi karena orang akhirnya memilih buat ngelamar di daerah? makanya gue tuh rajin ngecekin jumlah pelamar di tempat yang mau gue incer".
lagi dan lagi, aku bingung mau pilih ngelamar dimana. disaat yang lain udah riweuh dengan pendaftaran, aku masih santai aja. disaat orang lain pada sibuk ngelist sekolahan (biar gak ada saingannya), aku malah menghindar. bahkan aku sama sekali gak ada bertanya ke teman-teman yang satu prodi denganku. beberapa orang sudah menawarkan untuk masuk ke grup CPNS dan aku selalu bilang, "nggak deh, makasih. nanti aja masuknya kalau udah tinggal tahap terakhir itupun kalau lolos". bukan apa-apa, karena menurutku grup itu bukannya bikin tenang malah bikin riweuh, apalagi pas awal-awal pasti akan banyak yang bertanya, "melamar dimana?" pft.
sampai akhirnya H-4 sebelum penutupan pendaftaran CPNS, aku bilang ke keluarga di rumah, "oke. Dian ikutan tes TOEFL dulu ya, Ma. kalau skor TOEFLku sampai di 400, oke aku pilih di Jakarta. tapi kalau seandainya skorku di bawah 400, berarti aku boleh pilih di daerah mana pun ya, Ma? dan janji, jangan pernah suruh Dian untuk mengulang tes TOEFL lagi. aku cuma mau tes sekali aja. deal ya, Ma?". dan Mamaku setuju. selesai aku ngomong gitu, sejam kemudian aku meluncur ke tempat les bahasa asing untuk tes TOEFL. tanpa persiapan apapun dan aku cuma bilang dalam hati, "ya Tuhan, kehendak-Mu jadilah. aku gak berambisi untuk melamar di Jakarta, tapi kalau memang kehendak-Mu disini yaudah, terjadilah".
belum selesai urusan TOEFL, aku dihadapkan kembali dengan masalah forlapdikti. jadi, salah satu syarat DKI (sebelum revisi), setiap peserta harus melampirkan bukti screenshot bahwa nama kita terdaftar di forlapdikti. namaku memang terdaftar, tapi jenis kelaminnya itu yang bermasalah. yakali kedaftarnya laki-laki? sebenarnya, sekitar seminggu lalu, data itu udah kuurus di fakultas. tapi sayangnya, kampusku tercinta ini sama sekali gak kooperatif. udahlah dilempar sana-sini, disuruh nunggu dari pagi hingga sore ; sampai aku ngetik ini, data jenis kelamin di forlapdikti-ku belum juga berubah. yakali, cantik nan imut begini ditulisnya lakik sih? (oke maapkeun, ahahaha). haduh, entahlah. ku kehabisan kata-kata untuk ini.
keesokannya, aku balik ke ILP (tes TOEFL di ILP bisa langsung diambil besoknya) buat ambil hasil tes dan ternyata.... wow, skorku jauh dari dugaan. lebih dari yang dibutuhkan oleh persyaratan DKI. sampai di rumah, Mama udah menunggu dengan was-was, secara beliau takut kalau skorku dibawah 400. Puji Tuhan ya, baru dapet kabar skor melebihi persyaratan aja, Mama udah bahagia bener, "jadi ya berarti ambil di Jakarta?" dan kujawab, "belum tentu, Ma. jenis kelaminku aja masih salah di forlapdikti". tapi tahu apa yang terjadi? 2 jam kemudian, aku dihubungi seorang teman, "Di, lihat nih. persyaratan DKI yang baru. gak ada forlapdiktinya. aman deh lu!". dan betul aja, pas dicek di websitenya, oh iya forlapdiktinya udah gak ada. huwow. entahlah, Tuhan semacam ngasih jalan ya, eh ralat atau Tuhan semacam mengabulkan keinginan Mama biar aku ngelamarnya di Jakarta aja gak jauh-jauh dari dia lagi.
H-3 penutupan pendaftaran, selesai aku ambil tes TOEFL, barulah aku melihat SMA apa aja yang membuka lowongan untuk guru kimia. H-3 dan pelamar di tiap sekolah udah banyak banget. mulai ngegoogling sekolahnya satu persatu. yang jadi alat pemilihan saat itu adalah aplikasi Gojek. semua sekolah aku list, kemudian aku cari mana sekolah yang ongkos gojeknya paling murah dari rumah. dan terpilihlah salah satu sekolah di Lubang Buaya. ya maklum ya, aku kan gak bisa ngendarain motor, jadi mau gak mau ya harus ngegojek. dan sebelum jam 12 malam, aku sudah resmi melamar di SMA 1*3 yang mana sampai aku ngetik ini pun, aku gak tahu lokasi sekolahnya dimana, bentukan sekolahnya kayak apa, dan lain-lain, dan sebagainya.
sampai hari tes pun tiba. yaudah lah ya, gak usah diceritain lagi kayak gimana. intinya, Puji Tuhan banget aku lolos passing grade alias statusku saat itu P1/L dan yak... Tuhan beneran kasih jalan. hingga tes terakhir, Tuhan masih ngasih status P1/L.
Puji Tuhan ya, semuanya beneran di luar dugaan. gak pernah terbayangkan sama sekali. satu pencapaian hidup udah tercapai. terlebih, puji Tuhan banget, aku bisa lolos bersama orang-orang terkasih. hihihihi. wes, semangat pemberkasan! abis itu istirahat dulu, baru lanjut fighting untuk masa depan lebih cerah. eheheh.
dan inilah ceritaku di awal tahun 2019 ini. Puji Tuhan (mudah-mudahan) jadi punya NIP dan pastinya...... jodohku makin dekat nih (biar gak capek ditanya, mana dan kapan). ahey ahey. wkwkwkw.
Adios!
Dian Chrisniar
Comments
Post a Comment