saya, waktu, keadaan
bilang saja saya cengeng,
saya bermuka dua,
saya sang pencari perhatian,
saya si pembuat masalah.
saya terima, karena memang itu kenyataannya.
bilang saja saya yang tidak konsisten,
saya yang pembual,
saya yang "ajaib",
saya yang "rapuh"
saya yang.. entahlah.
lagi dan lagi saya terima.
saya berubah?
iya. saya akui saya berubah. tapi saya tidak tahu ke arah mana perubahan ini. menjadi lebih baikkah atau menjadi buruk? menjadi diri sendirikah, atau hanya menjadi orang lain yang mengaku menjadi diri sendiri? rumit dan sulit. harusnya hanya saya ya yang bisa jawab. tapi nyatanya? saya sama sekali tidak bisa menjawab. banyak kebenaran, tapi banyak juga kebohongan. seimbang.
semena-mena. entahlah siapa disini yang semena-mena, diri ini atau keadaan dan waktu? tapi kembali lagi, keadaan dan waktu kan tidak akan pernah bersalah apalagi bisa disalahkan bukannya? jadi mungkin, memang diri ini yang senang menyiksa 'diri'. tapi, kalau keadaan dan waktu juga tidak bisa diajak berdamai, lalu diri ini bisa apa? hanya bisa pasrah? atau hanya bisa mengeluh? berusaha melupakan, tapi tidak bisa. yang bisa saya lakukan hanya duduk diam dan berharap ada keajaiban dari sang Pencipta untuk merubah keadaan.
hai waktu, hai keadaan, marilah berdamai. saya sudah mulai lelah.
dian chrisniar
saya bermuka dua,
saya sang pencari perhatian,
saya si pembuat masalah.
saya terima, karena memang itu kenyataannya.
bilang saja saya yang tidak konsisten,
saya yang pembual,
saya yang "ajaib",
saya yang "rapuh"
saya yang.. entahlah.
lagi dan lagi saya terima.
saya berubah?
iya. saya akui saya berubah. tapi saya tidak tahu ke arah mana perubahan ini. menjadi lebih baikkah atau menjadi buruk? menjadi diri sendirikah, atau hanya menjadi orang lain yang mengaku menjadi diri sendiri? rumit dan sulit. harusnya hanya saya ya yang bisa jawab. tapi nyatanya? saya sama sekali tidak bisa menjawab. banyak kebenaran, tapi banyak juga kebohongan. seimbang.
semena-mena. entahlah siapa disini yang semena-mena, diri ini atau keadaan dan waktu? tapi kembali lagi, keadaan dan waktu kan tidak akan pernah bersalah apalagi bisa disalahkan bukannya? jadi mungkin, memang diri ini yang senang menyiksa 'diri'. tapi, kalau keadaan dan waktu juga tidak bisa diajak berdamai, lalu diri ini bisa apa? hanya bisa pasrah? atau hanya bisa mengeluh? berusaha melupakan, tapi tidak bisa. yang bisa saya lakukan hanya duduk diam dan berharap ada keajaiban dari sang Pencipta untuk merubah keadaan.
hai waktu, hai keadaan, marilah berdamai. saya sudah mulai lelah.
dian chrisniar
Comments
Post a Comment