Berburu Senja di Pantai Watotena

Masih di hari yang sama dengan kita piknik di Inaburak. Sore harinya, kita lanjut ke Watotena dengan tujuan… yeay berburu senja!



Personilnya berkurang banyak. Anak-anak Waiwerang plus bang Jul akhirnya mutusin buat pulang daripada harus nunggu sore terus pergi lagi ke pantai ini, secara… letaknya sebelahan coy sama Inaburak.



Pantai Watotena letaknya masih di kecamatan Ile Boleng tepatnya ada di desa Nelerereng (info ini gue dapatkan dari abang David. Dan gue baru tahu nama desanya pun gegara ini orang. Hahahaa. Thankyouuu). Untuk ke tempat ini, kalau dari arah Waiwerang ya letaknya sebelum pantai Inaburak. Tapi mudah kok buat tahu letaknya, secara ada plangnya biarpun cuma secuil, beda sama Inaburak yang gak ada sama sekali papan petunjuknya.

Jalan menuju Watotena full berpasir dan bebatuan dari awal sampai akhir. Jadi saran gue, siapkan masker karena debunya itu…. Aduh…. Ampun. Sama seperti Inaburak, untuk masuk ke tempat ini kita dikenakan biaya 5000 rupiah per kendaraan roda dua. Dan tetap aja sih, menurut gue harga segitu masih worth it untuk pemandangan yang bakalan kita dapatkan di sana.



Watotena, wato artinya batu dan tena artinya perahu. Karena disini banyak bebatuan dan katanya sih ada yang mirip sama perahu tapi dari kemarin sih gue belum menemukan batu yang kayak perahu itu. Ya, gue emang belum menjelajah secara penuh sih sama pantai ini, dikarenakan kita datangnya kelewat sore juga. Tapi yang pasti sih, gue harus ke sini lagi sekali lagi pas siang hari. Hahaha. Maklum cuy, belum puas gue foto-fotonya.



Pantai Watotena, sama-sama ngasih hamparan pasir putih dan batu-batu di sekitar pantainya. Cuma, berbeda dengan pantai Inaburak, tempat ini memang harus gue akui lebih teduh, secara banyak saung dan pohon di sekitarnya, untuk hamparan pasir putihnya pun juga lebih luas sih. Tapi kalau untuk airnya… entah kenapa lebih jernih dan lebih biru di Inaburak ya, menurut gue sih. Dan menurut gue juga, dari dua pantai ini, kalau kalian tujuannya untuk berenang-berenang lucu di laut, saran gue mending ke Inaburak aja. Tempatnya lebih sepi juga dibandingkan Watotena. I mean, peluang kalian untuk jadi pengunjung satu-satunya dan ngerasain jadi pemilik pantai pribadi ya lebih besar di Inaburak daripada di Watotena. Hahahaha.





Eh tapi, harus gue akuin sih. Pantai ini emang beneran bagus untuk orang-orang yang emang niatnya mau ngejar sunset. Sungguh deh, sunset di sini bagus banget loh. Aaakkk. Coba perhatiin foto di bawah ini ya :



Ini foto gue ambil sebelum matahari niat buat terbenam dan selang beberapa menit… masih di tempat yang sama juga, gue dapat lagi pemandangan kayak begini :



Wew. God is so good lah yaaaa. Hehehe, sekalian lah, gue pamer foto-foto di sini :



Sama foto di bawah ini :



Seperti biasa. Ketika gue lagi asik foto di spot yang bagus, ini orang pasti bakalan dateng ngegangguin. Eh, bukan ke gue doang deng, tapi ke semua orang yang lagi asik buat foto sendiri. Selalu gak pernah mau kalah eksis. Hih! Eh tapi setelah dijepret, hasilnya gak buruk-buruk amat ternyata. David emang kecelah untuk urusan potret-memotret, dan kita (terlebih gue) emang udah cocoklah ya jadi modelnya. Wakakakka.



Tara! Ini yang namanya David! Doi tinggal di Tanjung Bunga, di daratan sana yang paling ujung pula. Tapi kalau udah urusan jalan-jalan, beuh… mau sejauh apapun juga dijabanin. Eh eh eh, btw muka gue agak lebaran yaaa… iya gak sih? Berasa makmur beut di sini, padahal mahhh…. Pft.

Btw, gue sering loh update foto-foto pemandangan selama di flores timur, bisalah sekali-kali dicek IG gue. Silakan search aja @dchrisniar. Muahahahah, gak private account kok :P Secara gue lebih sering update di IG daripada di blog. Yuknowlah, gue kan ngeblog kalau lagi niat doang. Kalau lagi gak niat mah yaudah, cuma mentok di draft aja.

Sebenarnya sih gue masih pengen ngelilingin pantai ini tapi ya berhubung… langit sudah gelap juga dan tinggal kita juga pengunjung di sini, akhirnya kita mutusin buat pulang. Secara, jalanan di tempat gue ini kan minim penerangan. Apalagi dari Watotena ke jalan raya harus ngelewatin hutan-hutan gitu, horor juga cuy kalau lewat gelap-gelap. Hahahaha. Ditambah lagi anak Witihama kalau pulang terlalu malam juga ngeri euy, udah jalanannya gelap, sepi pula. Nah, maka dari itu kemarin gue gak nemuin batu yang katanya mirip perahu. Doakan lah, semoga dalam waktu dekat gue ke sana lagi dengan si kecil mungil nan putih itu. WAKAKAKKA.



Terakhir. Sebenarnya sih gue udah pernah nulis ini di IG gue. Tapi gapapalah gue tulis ulang di blog gue. Banyak yang nanya (atau gak terima lebih tepatnya :P ), katanya :

“lo bukannya ikutan SM3T buat ngedidik ya? Kok kerjaan lo update jalan-jalan terus sih? Lo sebenarnya ditugasin buat mendidik atau jalan-jalan?”

Dan ini jawaban gue :

“salah kalau gue ikutan program ini hanya buat jalan-jalan. Tapi, lebih salah lagi kalau gue cuma ngedidik dan gak nge-eksplore tempat gue bertugas. Mumpung ada kesempatan toh, belum tentu gue bisa ke sini lagi kan. Dari senin sampai sabtu ke sekolah, mumet kali ah. Yakali ada kesempatan buat pesiar gak gunain. Ada waktunya kok gue update tentang dunia persekelohan gue. Lagian, itung-itung lah gue ngenalin wisata alam negeri sendiri. Biar pada tahu kan kalau ternyata di NTT itu gak cuma ada Labuan Bajo ataupun pulau Komodo, tapi ada banyak tempat yang lain yang bagus dan harus dikunjungi, apalagi Flores Timur, terlebih tempat tinggal gue, Adonara Timur”

Yoweslah, sampai jumpa lagi di review tempat wisata yang lain di Flores Timur. Jelajahin tempat yang deket-deket rumah dulu deh baru kelayapan ke tempat yang jauh. Huhuhu, semoga kantong tetap stabil ya sampai akhir nanti. Fuhfuh. Sayang kan, udah ke sini gak jalan ke tempat-tempat yang keren. Mumpung ada kesempatan. Mari menabung dan … selamat liburan! Yeaaayy \o/

Salam cinta dari Flores Timur, terlebih Watotena ♥





Dian Chrisniar

Comments

Popular posts from this blog

PM1

drama (lagi)