ocehan masa depan
menjelang di tengah-tengah harusnya belajar buat ujian nanti malam dan esok hari, alhasil nyeling sebentar ke sini.
hayhalo!
niatnya mau bikin post tentang latsar selama sebulan di Parung ini, tapi karena kegiatannya belum selesai jadi ditunda dulu sebentar mengingat foto dan videonya belum selesai edit sana-sini karena pasti bakalan banyak banget foto dan videonya. jadi, mari bahas cerita yang lain. cerita yang gak pernah terpikirkan buat aku tulis di sini sih. tentang masa depan... hehehehe.
gara-gara semalam bahas tentang sinamot jadi mulai flashback cerita sama Mamake beberapa tahun silam. FYI, sinamot itu kurang lebih sama lah ya kayak mahar yang harus dikasih oleh pihak laki-laki ke pihak perempuan. penentuan mahar sih dulu ditentuin sama pihak perempuan tapi sekarang balik lagi sih ke kesepakatan kedua belah pihak.
beberapa orang yang kenal aku dan tahu tentang peradatan batak ini sering banget bilang,
beberapa tahun yang lalu, Mamaku (M) pernah ngomong kayak gini ke aku (A) :
M : kalau nanti kamu mau nikah, terus mulai ngomongin sinamot. ternyata calon kamu cuma mampu sekian. kamu gimana?
A : kok nanya, Dian? ya Mama sama Bapak gimana? kalau Aku udah berani bawa cowok ke rumah ini, berarti aku udah gak terlalu peduli dengan sinamot itu. ya seberapa pun aku terima lah. cuma kan balik lagi ke Mama sama Bapak. kan ujung-ujungnya Bapak-Mama yang nentuin.
M : Mama sih gak terlalu memberatkan hal itu, Bapak juga demikian. yang penting kamu nikah, bahagia, dan calon mu itu orang baik dan bisa bertanggung jawab, ya itu udah cukup. jangan lihat orang dari hartanya, karena harta itu bisa tiba-tiba hilang gitu aja. dan yang penting, keluarganya mau menerima kamu, terlebih Ibunya. kamu kan kelakuannya kayak begini, kadang masih suka bikin Mama pusing. masak aja gak bisa. Mama cuma takut calon mertuamu "remeng" terus sama kamu, malah kamunya nanti dipulangin ke rumah.
A : .........
dan ujung-ujungnya aku kena ceramah sama Mama. hahaha. tapi serius deh, Mamaku ini ya... dibandingkan aku cari calon suami, dia lebih menitikberatkan aku untuk cari calon mertua yang baik dan bisa menerima modelan kayak aku dengan lapang dada dan senang hati. karena jujur aja, Mamaku agak takut kalau suatu saat nanti akunya dikembaliin ke rumah. entah.
well, untuk perempuan batak. seberapa penting sih sinamot buat kalian? coba coba kasih pendapat kalian, kok ya ku penasaran ya? dan buat para lelaki, seberapa penting sih perempuan itu harus bisa masak? masak segala masakan ya.... hehehe. apakah itu jadi syarat utama kalian dalam menentukan calon istri? hmh,,,,
Dian Chrisniar
hayhalo!
niatnya mau bikin post tentang latsar selama sebulan di Parung ini, tapi karena kegiatannya belum selesai jadi ditunda dulu sebentar mengingat foto dan videonya belum selesai edit sana-sini karena pasti bakalan banyak banget foto dan videonya. jadi, mari bahas cerita yang lain. cerita yang gak pernah terpikirkan buat aku tulis di sini sih. tentang masa depan... hehehehe.
gara-gara semalam bahas tentang sinamot jadi mulai flashback cerita sama Mamake beberapa tahun silam. FYI, sinamot itu kurang lebih sama lah ya kayak mahar yang harus dikasih oleh pihak laki-laki ke pihak perempuan. penentuan mahar sih dulu ditentuin sama pihak perempuan tapi sekarang balik lagi sih ke kesepakatan kedua belah pihak.
beberapa orang yang kenal aku dan tahu tentang peradatan batak ini sering banget bilang,
"sinamot lo mahal banget kali ya, Di! temen gue yang di kampung aja bisa 20-an juta, apalagi elo yang di kota Jakarta, ditambah Bapak lo orang adat gitu! apalagi sekarang kerjaan lo kayak gini (CPNS)".sedangkan aku sendiri aja belum tahu berapa jumlah sinamotku sendiri, bahkan sampai detik ini pun belom pernah mikirin hal kayak gini. hahaha. entah aku yang emang ngerasa hal kayak gini gak penting atau mungkin akunya sendiri yang gak peduli, ya? hahaha (lah, sama aja yak).
beberapa tahun yang lalu, Mamaku (M) pernah ngomong kayak gini ke aku (A) :
M : kalau nanti kamu mau nikah, terus mulai ngomongin sinamot. ternyata calon kamu cuma mampu sekian. kamu gimana?
A : kok nanya, Dian? ya Mama sama Bapak gimana? kalau Aku udah berani bawa cowok ke rumah ini, berarti aku udah gak terlalu peduli dengan sinamot itu. ya seberapa pun aku terima lah. cuma kan balik lagi ke Mama sama Bapak. kan ujung-ujungnya Bapak-Mama yang nentuin.
M : Mama sih gak terlalu memberatkan hal itu, Bapak juga demikian. yang penting kamu nikah, bahagia, dan calon mu itu orang baik dan bisa bertanggung jawab, ya itu udah cukup. jangan lihat orang dari hartanya, karena harta itu bisa tiba-tiba hilang gitu aja. dan yang penting, keluarganya mau menerima kamu, terlebih Ibunya. kamu kan kelakuannya kayak begini, kadang masih suka bikin Mama pusing. masak aja gak bisa. Mama cuma takut calon mertuamu "remeng" terus sama kamu, malah kamunya nanti dipulangin ke rumah.
A : .........
dan ujung-ujungnya aku kena ceramah sama Mama. hahaha. tapi serius deh, Mamaku ini ya... dibandingkan aku cari calon suami, dia lebih menitikberatkan aku untuk cari calon mertua yang baik dan bisa menerima modelan kayak aku dengan lapang dada dan senang hati. karena jujur aja, Mamaku agak takut kalau suatu saat nanti akunya dikembaliin ke rumah. entah.
well, untuk perempuan batak. seberapa penting sih sinamot buat kalian? coba coba kasih pendapat kalian, kok ya ku penasaran ya? dan buat para lelaki, seberapa penting sih perempuan itu harus bisa masak? masak segala masakan ya.... hehehe. apakah itu jadi syarat utama kalian dalam menentukan calon istri? hmh,,,,
Dian Chrisniar
Comments
Post a Comment