Suratku untuk Tuhan

Selamat malam, Tuhan.
Malam ini aku mau cerita, cerita akan sesuatu hal yang terjadi selama beberapa waktu belakangan ini.

Sebelumnya, terima kasih karena berkat-Mu benar-benar tidak terhitung.
Serius deh.
Apalagi akan semua kejadian yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini.
Dan aku harap, kiranya Engkau terus memberkatiku hingga semuanya bisa terlewati dan juga terselesaikan dengan baik.

Dear God....
Aku punya beberapa hal yang seringkali muncul di dalam benakku.
Dan jujur, itu bener-bener mengganggu hariku hingga bikin aku uring-uringan gak jelas.
Bahkan parahnya, kadang itu bisa menganggu kesehatan jasmaniku.

Ada banyak hal yang masih menjadi pertanyaan untukku.
Kenapa sih semuanya harus terjadi?
Kenapa sih semuanya masih berlanjut?
Kenapa sih Engkau memberikan jalanku serumit itu?
Kenapa sih Engkau gak ngasih aku cerita yang pasti-pasti aja?
Apa sih yang Engkau mau kasih ke aku dari segala yang terjadi ini?
Apa aku beneran sanggup ngelewatinnya? Ya secara, yang tempo lalu aja bikin aku drop sekali hingga berminggu-minggu. Hahahaha, entahlah.... kok ya aku udah underestimate duluan sama diriku sendiri.
Dan kenapa Engkau yakin banget sih aku bisa ngelewatinnya?

Dan bukan cuma hal itu.
Kadang aku lelah dan bingung sama diriku sendiri.
Sampai detik ini, sepertinya aku belum tahu diriku sendiri seperti apa.
Kadang aku bingung, sisi mana yang memang Dian sepenuhnya.

Di sebagian orang, aku ceria. Nyatanya tidak.
Di sebagian orang, aku pemarah. Nyatanya tidak juga.
Di sebagian orang, aku bijaksana. Nyatanya juga tidak.
Di sebagian orang, aku kekanakan. Nyatanya demikian, walaupun ya tidak juga sih. Hehe.
Di sebagian orang, aku keras kepala. Nyatanya tidak, kok. Orang yang paling mudah untuk dimanipulatif itu ya aku.
Di sebagian orang, aku lemah lembut. Oh kenyataannya tahu sendiri lah.
Dan lain-lain, dan seterusnya.

Banyak orang bisa menebak, kamu kayak gini, gini, gitu, gitu.
Dan aku cuma senyum aja seraya mengangguk.
Padahal, aku sendiri saja tidak tahu, diriku sendiri seperti apa.
Sedih ya?
Memang ya, yang namanya menilai orang lain itu benar-benar pekerjaan yang mudah. Tapi menilai diri sendiri? Oh, itu beneran sulit.
Tapi mau gimana pun, tetap Engkau sih yang paling tahu sifat anak-anak-Mu seperti apa.

Hanya saja, ada satu hal yang mungkin orang lain tidak tahu.
Sepi.
Entah kenapa perasaan ini selalu mendominasi kehidupanku setiap harinya.
Padahal setiap hari bertemu orang-orang.
Tapi entah kenapa aku tetap merasa sepi.
Sekalipun teman-temanku banyak, tapi tetap perasaan itu selalu muncul.

Aku, yang selalu bawel menceritakan semua hal yang terjadi dalam keseharianku, nyatanya tidak demikian.
Aku yang selalu mencari teman cerita untuk menceritakan hal dari A hingga Z, nyatanya juga tidak demikian.
Pasti akan ada hal yang tidak bisa diceritakan. Karena ya aku tahu, itu hanya urusanku dan orang lain tentunya tidak akan pernah peduli.
Dan perasaan ini yang sungguh membebaniku.

Aku paham, pendengar terbaik itu ya hanya Engkau.
Dan aku sangat berterima kasih karena Engkau selalu ada dalam setiap kehidupanku, mendengarkan semua keluhanku tanpa terkecuali.
Walaupun aku harus jujur, kadang aku benar-benar butuh manusia yang bisa kuajak berbincang.

Aku tahu, hal-hal kayak gini harusnya gak perlu untuk ditulis apalagi diketahui banyak orang.
Tapi gapapalah, siapa tahu ini bisa berguna di masa depan.
Kan ga ada yang tahu juga, kan?



Dian Chrisniar

Comments

Popular posts from this blog

PM1

drama (lagi)