Covid-19

udah satu bulan lamanya gue mendekam di kamar dan menyandang status "suspect covid-19" dan sepertinya gak tahu sampai kapan ini selesai.

dengan segala dramanya.

dimulai dari susahnya dapat tempat isolasi di Wisma Atlet, well.... gue juga heran kenapa beberapa kenalan gue yang baru terkena, mereka cepat sekali di-acc untuk masuk ke sana, sedangkan gue.... susah sekali.

bolak-balik masuk IGD karena asam lambung dan antibiotik. ya gue juga gak paham, kenapa sih harus minum antibiotik? berbagai jenis antibiotik sudah gue minum yang menyebabkan gue akhirnya bolak-balik masuk IGD selama sebulan ini. coba, gak ada tuh kenalan gue yang awalnya gejala ringan berujung ke IGD. gue doang kayaknya. 5 kali masuk IGD di 3 RS yang berbeda-beda sampai akhirnya gue yang awalnya takut jarum suntik, belakangan ini cuma yaudah... biasa aja gitu ngerasain nyerinya disuntik. ngerasain dramanya kayak orang mau mati karena perut atau lambung gue udah bener-bener perih di malam tahun baru. keliling RS tapi ditolak semua karena IGD pada saat itu semuanya penuh.

dan ini yang terakhir.

merasakan depresinya menyandang status positif yang tak kunjung negatif.

udah swab kelima. semua cara sudah gue ikuti.
minum vitamin yang mahal-mahal, oke.
minum berbagai obat herbal yang katanya ampuh bikin orang segera negatif. udah.
hirup minyak kayu putih, tempel di hidung. udah, bahkan bukan cuma dihirup, itu minyak kayu putih juga gue minum.
kumur-kumur pakai betadine wash. udah.
cuci hidung pakai nassal wash? udah juga.
dan lain sebagainya.

hasilnya? nihil.

marah? jelas. gak usah ditanya.
nangis? apalagi, gak usah ditanya.
depresi? mungkin. 2 minggu terakhir ini gue sudah konsultasi ke 5 dokter jiwa yang berbeda-beda karena gue merasa sudah lelah sekali. covid ini bukan lagi menyerang kondisi badan gue secara fisik, tapi juga psikis. iya, psikis gue mulai sakit.

tidur gue mulai terganggu. sangat terganggu. selama 3 minggu terakhir bisa dihitung berapa kali gue bisa tidur dengan normal selama 6-7 jam. sisanya? tidur 3-4 jam aja udah sujud syukur. kadang gue gak bisa tidur semalaman. siang pun, disaat badan gue sudah lelah, ingin sekali tidur, tetap gak bisa. udah rebahan, serius udah rebahan. tapi badan ini menolak untuk tidur. tau gak sih rasanya badan lo udah capek, serius beneran udah capek tapi badan lo juga menolak untuk tidur. itu. itu yang gue rasakan. itu yang gue rasakan dan penderita covid lain mungkin tidak merasakan.

hasilnya apa? mood gue seringkali berantakan. disaat gue udah capek tapi gak bisa tidur, ujungnya nangis. ujungnya marah-marah.

ini yang masih jadi tanda tanya gue sama Tuhan, "Did I do something wrong, Lord? apakah ada kesalahanku di 2020 yang benar-benar tidak termaafkan kah? atau adakah dosa di 28 tahun aku hidup yang baru dibalas sekarang?"

entah.

iri. jelas. gue iri dengan orang-orang yang bisa negatif secepat kilat. bahkan ada yang kurang dari 14 hari sudah dinyatakan negatif. sedangkan gue? waw sebulan masih juga tak kunjung negatif yang entah sampai kapan. dan melewati sebulan ini pun penuh perjuangan dan jungkir balik.

para dokter sudah bilang, "mbak, covid mbak sudah selesai. sudah tidak usah swab lagi. yang bersisa di badan mbak hanya bangkai-bangkainya saja. mbak sudah bisa kembali seperti biasa".

iya. itu menurut dokter. tapi lingkungan? belum. lingkungan gue belum bisa menerima. yang orang lain tahu, gue masih positif. sekalipun gue sudah merasa badan gue sudah sehat betul, dimata orang lain, gue. tetep. positif. dan ini yang membuat gue semakin terpuruk. bagaimana caranya gue bisa melakukan aktivitas yang biasa, bagaimana caranya gue bisa kembali seperti dahulu, kalau orang lain menganggap gue sebagai orang sakit? yang mereka tahu, gue sembuh jika gue negatif. masalahnya..... gue sendiri pun gak tahu kapan gue bisa negatif.

hopeless? iya. jujur dari hati gue yang paling dalam, gue sudah hopeless sekali.

contoh nyata hari ini yang bikin hati gue berdesir. gue hanya mau melihat anjing gue di kandang. gue pakai masker. cuman, memang ya anjing gue ini kan cemburuan parah dua-duanya. dua-duanya mau jadi alfa dan gak ada yang mau ngalah. alhasil mereka semua kembali ribut hingga berdarah-darah. otomatis gonggongannya menarik perhatian beberapa tetangga. sialnya gerbang saat itu belum ditutup, jadi mereka melihat dari luar, sambil auto menutup hidung ketika melihat gue ada di dekat kandang. sayup-sayup terdengar, "awas, masih positif!". hehhehehe. padahal. gue. pakai. masker ; padahal. jarak. gue. jauh. dari. mereka.

kalau kata temen gue, "wajarlah, itu kan tindakan preventif mereka terhadap penyakit ini. mereka juga kurang edukasi, Di".

waw.... iya, wajar. cuma, sepertinya gue masih belum terbiasa dapat perlakuan seperti itu :")

orang lain bilang, "coba bersabar!". hemh... apakah beberapa minggu lalu gue masih belum sabar kah?

"cerita ke Tuhan coba!". hehehehe. udah. semuanya sudah gue ceritakan ke Tuhan. semuanya sudah gue minta sama Tuhan. dari hal terkecil, hanya ingin minta tidur aja, gue sampai mohon-mohon. cuma ya itu. kadang didengerin, kadang enggak.

dan hasil swab kemarin beneran bikin gue menjerit. serius menjerit. "kenapa sih Tuhan? kenapaaa? kenapa harus positif lagi? kenapa susah banget sih dapat negatifnya? aku harus ngapain sih biar sampai negatif dulu?"

untuk pertama kalinya gue berfikir, "kalau emang mau terus-terusan positif, matiin ajalah gue. dikata gak capek apa nahan beban kayak gini?"

lebay. iya. banget.

jiwa gue beneran terguncang kemarin. gue bingung harus cerita ke siapa. Tuhan? Tuhan aja gak mau dengerin cerita gue. mau cerita ke orang terdekat pun, juga bingung. karena ya yang bisa mereka lakukan hanya bilang bersabar aja. mereka gak tahu apa yang gue rasakan. betapa capeknya. betapa lelahnya. betapa muaknya. betapa dan betapa. alhasil ya gue lari ke dokter jiwa. 3 dokter jiwa terakhir meminta gue untuk, "segera ke psikiater terdekat ya, mbak. mbak sudah butuh seseorang secara tatap muka bisa membantu mbak". tapi.... orang terdekat bilang, "gak. jangan. lu gak gila. lagian, nanti lo ketergantungan, apa-apa larinya ke sana".

entahlah. jadi ya inilah pelarian gue sekarang.

so ya balik lagi gue bilang. sehat-sehat kalian semua. mohon doanya biar gue cepet negatif ya atau paling nggak mohon doanya biar gue beneran bisa bersabar ngelewatin ini. yap. mohon doanya biar gue masih tetap waras ngelewatin ini. serius, gue sendiri kadang gak tahu, apa gue masih waras atau enggak. apa gue masih sanggup atau enggak.

mau bilang yok semangat.... tapi kok capek? hehehe.


Dian Chrisniar

Comments

Popular posts from this blog

PM1

drama (lagi)

Haloha, Karawang!