Rumah di Seribu Ombak


tahukah kau mengapa Tuhan menciptakan langit dan laut?
semata agar kita tahu, dalam perbedaan 
ada batas yang membuat mereka tampak indah dipandang.


kita memang berbeda. aku tahu. sama tahunya seperti dirimu. warna yang mengalir di nadimu tak sewarna dengan yang mengalir di nadiku. namun, bukankah kita tak pernah bisa memilih dengan warna apa kita lahir? kita lahir, lalu menemukan tawa bersama. menyatukan cerita bersama. menjumputi mimpi bersama.

mengapa kini kau lari menjauh?

lalu, apa kabarmu? mengangakah masih lukamu yang dulu? atau, kini sudah terpilihkan bagimu akhir yang bahagia? maafkan aku. maafkan karena tak bisa selalu menjadi laut yang tetap menyimpan rahasiamu.

yap, diatas tadi merupakan sepenggal kisah dari novel Rumah di Seribu Ombak karangan Erwin Arnada. fyi aja, pengarangya ini pernah masuk penjara karena masalah majalah playboy yang dulu itu loh yang sama ormas-ormas itu.

pertama kali ngeliat novel ini tuh pas di JBF kemarin. dari cover, jujur aja sih gak menarik. terlalu standart kalau gue bilang. tapi pas gue liat ulasan singkat tentang ceritanya, entah kenapa gue tertarik dan kepingin beli. tapi apa daya, karena waktu itu duit tidak mencukupi, akhirnya batal. dan akhirnya gue dipertemukan kembali dengan novel ini di toko buku online. huwoho, dan kesampean jugalah beli buku ini. setelah gue beli, barulah gue tahu kalau ternyata novel ini sedang difilmkan rupanya. ditambah lagi denger kabar dari david, film nya bagus, tapi sayangnya gue sampai sekarang belum kesampean buat nonton. pertama karena gak punya temen nonton, kedua karena film ini kurang laku katanya. dan cuman ada sebentar doang ya di arion -_- hih. nih trailernya nih silahkan liat.


ok, lanjut tentang isi buku ini. menurut gue novel ini ceritanya manis. secara keseluruhan ya, novel ini bercerita tentang persahabatan dua anak manusia yang berbeda agama. kehidupan penduduk suatu desa, dan sebuah rahasia yang cukup menggeleng-gelengkan kepala. cerita ini bersetting di suatu desa di Pulau Bali, yaitu desa Singaraja, dimana desa itu terkenal dengan penduduk muslimnya yang terbanyak di pulau bali. toleransi antar umat beragama di desa ini (antara muslim dan hindu) bener-bener bikin gue pribadi berucap, seandainya cara kehidupan mereka bisa dicontoh di Indonesia. percayalah, pasti negara kita bakalan aman, damai, dan sejahtera. apalah arti perbedaan itu kawan kalau kita bisa saling menghormati satu sama lainnya?

buku ini sangat gue rekomendasikan. karena apa, banyak banget hal yang disampaikan disini. mulai dari apa itu arti persahabatan yang sesungguhnya, toleransi antar umat beragama, kegigihan mengusir rasa takut, dan menggapai keinginan. ah satu lagi, buku ini juga mengisahkan tentang kisah cinta yang tak tersampaikan lantaran perbedaan keyakinan. klise sih emang.

overall, hemh gue kasih bintang 4.5 lah dari 5 bintang. huahahaha gayak banget dah ah gue sok-sokan ngasih bintang. gue berasa nge-review buku beneran deh ya. hemh, kenapa harus 4.5? kenapa gak 5? biar perfect gitu? hemh, karena menurut gue, ending ceritanya itu agak kurang ngegigit sih. gak tahulah, kayak ada sesuatu yang kurang gimana gitu. tapi, secara keseluruhan cerita ini bagus kok. fyi, ini kisah nyata loh (kalau gue gak salah nangkep di prakatanya). penasaran? silahkan baca!

-salah satu cara untuk mengusir ketakutan adalah dengan melawan sendiri ketakutan mu-

adios,


dian chrisniar

Comments

Popular posts from this blog

PM1

Haloha, Karawang!

02.12.22 part 2