Pelajaran Hidupku Bertambah Lagi

"sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." 
Yeremia 2:29

"Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!"
2 Tawarikh 15:7


yoooo, haloha semuanya! kembali lagi ke post ini. hehehe. wes, malam ini ku mau cerita beberapa hal yang terjadi belakangan hari ini. hal yang mungkin gak pernah ku-share ke banyak orang (ya tetep curhat juga sih ke orang lain tapi gak jadi konsumsi publik juga). berhubungan dengan beberapa ayat yang ku share di atas tadi. widih, Dian beriman amat perasaan. hahahah.

2 ayat di atas adalah ayat-ayat yang menguatkan di beberapa waktu terakhir ini sih mengenai pergumulan yang sempat terjadi. bukan, puji Tuhan pergumulanku meningkat. bukan lagi ngomongin cinta ala-ala itu tapi sekarang ngomongin tentang pekerjaan. wew.

jujur aja, setelah tragedi kehancuran UTN itu, diri ini sempet ngedrop banget dan berfikir untuk menghilang dari Jakarta dan Bekasi, berfikir untuk mencari suasana baru, tempat baru, lingkungan baru dan sebagainya. sempet ngoyo banget untuk kerja di luar kota. iya, ini serius deh. kalau kalian buka email-ku, kebanyakan isinya ya lamaran untuk di luar Jakarta. Medan, Palembang, Bandung, Bintan, Balikpapan, Surabaya, bahkan sampai Papua. astaga. tapi teteup sih, ada juga lamaran yang dilempar di sekolah Jakarta.

awal tahun, sempat diterima di salah satu sekolah di Bekasi tapi karena dulu masih terlalu idealis kan.. maunya sih gajinya langsung jutaan. sayangnya, pas udah ngomongin gaji... eh cuma digaji ratusan ribu doang. wew, "yang bener aja kan ya. guru gitu loh. yakali." dulu, pikirku sih gitu. akhirnya kutolak.

terus keterima di 2 sekolah di luar Jakarta dan Bekasi. soal gaji, ya udah pake kata juta sih, walau masih jauh dari UMR. cuma, pas dihitung ulang ternyata gak mencukupi untuk biaya hidup di sana. padahal pengen banget pergi. tapi ya balik lagi. realistis aja sih. kalau mau nekat di sana, yang ada malah balik nyusahin orang tua karena harus nombokin ini itu. alhasil, gagal lagi.

kemudian keterima lagi di sekolah yang jauhnya kebangetan, Papua. yes. dulu diem-diem ikut tesnya dan lulus lagi. gajinya lumayan (pake banget). tapi pas mau sign kontrak... entah kenapa keinget Mama. ya, dari awal memang Mama sudah tidak mengizinkan sih cuma kan ya namanya Dian kan kepala batu banget. dibilang gak boleh tetep aja ikut tes. eh pas udah keterima, baru deh mikir lagi. ngomong lagi sama Mama dan Mama tetap gak mengizinkan, katanya "Cukuplah kamu main-mainnya. itu terlalu jauh dan susah untuk dijangkau. Kalau kamu mau kerja di luar kota ya silakan, Mama gak melarang, tapi carilah yang masih kota besar, jangan pedalaman lagi". hemh... ketika Ibunda sudah berkata seperti itu, ya kubisa apa kan ya?

sekalinya kemarin keterima di sekolah yang berani ngasih sekian juta, eh perjuangannya yang gak kira-kira. ku diminta untuk mengajar di 3 sekolah yang mana itu ketiga sekolah itu berada di 3 kota berbeda. huft. kenapa gak dicoba? bukan gak mau nyoba tapi ya sadar diri aja sih. diriku ini tipikal orang yang gampang stress. kalau kupaksa ngajar di 3 sekolah, hari ini di kota A, besok di kota B, besoknya lagi di kota C, yang ada badan ini hancur lebur dan waktu ku habis hanya untuk di jalan, mengingat 3 kota ini ya daerah macet semua (oh yes I know, Jabodetabek kapan sih gak macetnya kan ya?).  dan ujungnya... kulepas lagi.

hitung mundur. entah udah berapa kali ngeluh atau mungkin marah sama Tuhan.
"kok Dian gak bisa kayak temen yang lain sih? kenapa sih gak ada kerjaan yang langsung lempeng aja gitu loh, yang sesuai dengan apa yang Dian mau? kenapa sih tes buat Dian gak kelar-kelar? udahlah tes dari sekolahnya, eh pas lulus, ada lagi tes "pergumulannya". Dian pengen loh ngerasain kesibukan kayak temen-temen yang lain. tapi kenapa gak pernah ketemu sih jalannya?"

entah udah berapa banyak yang bilang, "enak ya jadi lu, Di. jalan-jalan terus kerjaannya. gak perlu pusing dan capek mikirin kerjaan. bahagia banget kayaknya". iya, mungkin bagi kamu enak. tapi kamu gak tahu kan tekanan batin yang kurasain kayak apa? sedih loh, asli. itu adalah fase paling berat kayaknya yang pernah kualami sejauh ini. fase di mana gak mau lagi ketemu temen sepermainan karena minder ; fase di mana gak mau juga ketemu orang banyak macem saudara atau temen orang tua (apalagi kalau udah disuruh ngaterin Mama ke kantornya, otomatis ketemu banyak rekannya) karena takut ditanya, "Dian kerja di mana sekarang? dan super malu karena gak bisa jawab ; fase di mana merasa sendirian dan kesepian banget (apalagi untuk seorang Dian yang kalau terjadi sesuatu yang bikin terpuruk pasti  memilih untuk menarik diri dari pergaulan. iya tahu, kesepiannya karena kesalahan sendiri kok, kenapa harus menutup diri kan?) ; fase di mana akhirnya kalian kehilangan jati diri kalian yang berujung sedikit depresi mungkin bisa dibilang. ya begitulah kurang lebih.

dan sekarang diterima di sekolah yang lokasinya beneran deket banget dari rumah tapi ya gitu gajinya balik lagi ke yang pertama. sedih ya. tapi coba mikir lagi, apa ya yang sebenarnya mau Tuhan kasih buat diri ini? tapi ya balik lagi ke kedua ayat di atas. ya mungkin Tuhan pengen aku belajar lagi di tempat ini, tempat yang sama sekali hatiku berkata tidak. tapi satu yang pasti sih, Tuhan itu gak pernah ngasih rancangan kecelakaan buat anak-Nya. ya percaya aja bahwa ada sesuatu yang mau Tuhan kasih buat diriku ini di tempat yang sekarang ini. hemh, let see lah apa itu.

cari kerja ternyata sesuah dan seberjuang ini ya. kebanyakan mainnya sih, sampai gak tahu kehidupan sebenarnya tuh kayak apa. weslah aku kuat. setidaknya pembelajaran hidupku bertambah lagi bahwa hidup itu harus berjuang. gak mau berjuang ya, is dead ajalah udah. dan setidaknya pengertianku akan makna bersyukur bertambah luas lagi. salah satunya ya bersyukur karena masih bisa hidup dengan orang-orang yang masih mau negor diri ini kalau kelakuanku udah mulai macem-macem dan kembali bertingkah lagi.

agak malu sih sebenarnya cerita ini. hahahaha. tapi yasudahlah, siapa tahu ada pembelajaran yang bisa dipetik dari ceritaku malam ini. heheh. dan terima kasih banyak untuk yang sudah menguatkan. aku tanpamu kayaknya bakalan berujung jadi perempuan super cengeng di dunia ini. juga terima kasih banyak untuk yang masih sabar menunggu. mudah-mudahan Dian segera kembali 100% ya, karena ku sadar diri juga sih, banyak yang hilang dari diri ini dan aku pun masih nyari yang hilang itu. ehehehhe.

Adios, fellas!



Dian Chrisniar


Comments

Popular posts from this blog

PM1

Haloha, Karawang!

cheese stick TANPA baking powder